Baitullah : Rindu yang tak pernah padam

Baitullah : Rindu yang tak pernah padam
Baitullah : Rindu yang tak akan padam hingga ke akhirku...

Sunday, March 16, 2014

Tuesday, March 4, 2014

Tanda-tanda Kekuasaan Allah Pada Hujan



Kaum muslimin yang dirahmati Allah
Saya yakin anda masih merasakan susahnya hidup dalam kondisi kekeringan. Tanah berdebu, tanaman menjadi kering, sumber-sumber air susut, dan cuaca pun terasa panas menyengat. Namun kini, semuanya telah berubah, tanah menjadi becak, pemandangan hijau nan indah di mana-mana, genangan air dengan mudah anda temui, dan suhu udara pun terasa sejuk atau dingin. Tahukah Anda, apa penyebab terjadinya perubahan tersebut? Semua itu terjadi berkat hujan yang Allah Ta’ala turunkan untuk hamba-hamba-Nya.
Melalui ruang ini, saya mengajak anda untuk merenungkan fungsi hujan secara utuh, sehingga anda dapat mentafsir hujan dengan baik. Dengan demikian, anda semakin merasakan nikmatnya setiap tetesan air yang menyirami negeri anda. Dan selanjutnya hujan yang menyirami negeri anda senantiasa membawa berkah.
Fungsi Pertama: Menghidupkan Tumbuhan
Sehebat apapun anda  dalam memelihara tumbuhan, namun bila tanpa air, mustahil rasanya tumbuhan anda dapat hidup, terlebih membuahkan hasil. Karenanya, tidak dapat anda nafikan setelah turunnya hujan, berbagai tumbuhan yang sebelumnya telah mati dan tertimbun dalam perut bumi, sekejap menjadi hidup dan tumbuh dengan subur.
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى الْأَرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا أَنزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاء اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيرٌ. فصلت: 31
“Dan sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) ya bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati; sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fusshilat: 39).
Semasa kemarau, banyak dari tumbuhan yang mati, dan hanya meninggalkan biji-bijiannya yang tertanam jauh dalam perut bumi. Dan bahkan banyak tumbuhan berbatang besar pun seakan mati, sehingga tidak sehelai daun pun menghiasi dahan dan rantingnya. Ketika anda melihat keadaan seperti ini, mungkin anda mengatakan bahwa tumbuh-tumbuhan itu telah mati, dan mungkin tidak akan hidup kembali. Namun kini dugaan anda tersebut terbukti tidak benar.
وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ حَتَّى إِذَا أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالاً سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَّيِّتٍ فَأَنزَلْنَا بِهِ الْمَاء فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ كَذَلِكَ نُخْرِجُ الْموْتَى لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.” (QS. Al A’araf: 57)
Fungsi Kedua: Sumber Minuman Makhluk Hidup
Semua makhluk yang bernyawa tidak mungkin dapat mempertahankan hidupnya tanpa air minuman. Karenanya air minuman adalah keperluan utama setiap makhluk. Ketika awal menciptakan bumi, Allah Ta’ala menyiapkan segalanya, air minuman dan tumbuh-tumbuhan. Ini semua demi menjaga kelangsungan hidup manusia secara khusus dan seluruh makhluk bernyawa secara umum.
وَالْأَرْضَ بَعْدَ ذَلِكَ دَحَاهَا {30} أَخْرَجَ مِنْهَا مَاءهَا وَمَرْعَاهَا {31} وَالْجِبَالَ أَرْسَاهَا {32} مَتَاعًا لَّكُمْ وَلِأَنْعَامِكُمْ
“Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.” (QS. An Naziaat: 30-33)
Maha Suci Allah yang telah menyiapkan segala yang mejadi keperluan makhluk-Nya, sebelum mereka memintanya. Tidak diragukan fakta ini bukti kuat akan kemurahan Allah Ta’ala yang banyak dilupakan oleh manusia.
Fungsi Ketiga: Bukti Nyata Tentang Kaedah Turunnya Rezeki Anda
Dan diantara hikmah yang dapat anda petik dari siklus hujan, seperti yang telah anda pelajari, adalah sebagai gambaran nyata bahwa Allah menurunkan rezeki-Nya kepada anda sedikit demi sedikit. Allah Subhanahu wa Ta’ala melakukan ini semua bukan karena Dia berkira-kira atau kawatir kehabisan stok rezeki, namun sepenuhnya demi menjaga kemaslahatan anda. Andai Allah Ta’ala meurunkan rezeki-Nya kepada anda  bagaikan turunnya air terjun, niscaya anda pasti celaka dan binasa. Sebagaimana anda pasti binasa bila AllahSubhanahu wa Ta’ala menurunkan air hujan bagai turunnnya air terjun. Karenanya nikmatilah hidup Anda, karena sejatinya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyiapkan rezeki yang cukup untuk Anda.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengisyaratkan hal ini melalui firman-Nya,
وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِن يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَّا يَشَاء إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ {27} وَهُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ الْغَيْثَ مِن بَعْدِ مَا قَنَطُوا وَيَنشُرُ رَحْمَتَهُ وَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ – الشورى: 27-28
“Dan jika Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat. Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji.” (QS. As Syuura 27-28)
Cermatilah saudarakku, setelah Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa Allah menurunkan rezekinya secara bertahap, Allah Ta’ala menyebut hujan sebagai bukti dan sekaligus ilustrasi nyata tentang turunnya rezeki. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mengetahui lagi Maha Melihat keadaan hamba-hamba-Nya, maka Allah menurunkan hujan dan demikian pula rezekinya secara bertahap, agar manusia tidak mendapat mudharat.
Bagaimana rasanya bila Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan hujan bagaikan air terjun? Atau Allah menyatukan jatuh hujan untuk satu bulan  lalu diturunkan pada satu hari saja?
Demikian pula halnya dengan jatuhnya rezeki anda. Anda pasti akan ditimpa kemudharatan bila Allah Subhanahu wa Ta’alamenurunkan rezekinya tidak tepat waktu. Anda pasti kesusahan bila Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan seluruh rezeki Anda sekali seumur hidup. Bila hal itu terjadi, pasti  anda mengalami kesusahan mencari almari guna menyimpan  baju, dan bingung mencari bekas untuk  menyimpan  beras, dan kesulitan menyimpan bekalan air anda.
Menyedari akan hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepada umatnya dengan bersabda:
لا تستبطئوا الرزق ، فإنه لن يموت العبد حتى يبلغه آخر رزق هو له، فأجملوا في الطلب: أخذ الحلال، وترك الحرام )رواه ابن ماجة وعبد الرزاق والحاكم، وصححه الألباني
“Janganlah kamu merasa bahwa rezekimu telat datangnya, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga ia mengenyam rezeki terakhirnya. Tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, yaitu dengan mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram.” (Riwayat  Ibnu Majah, Abdurrazzaq, Ibnu Hibban, dan Al Hakim, serta dishahihkan oleh Al Albani)
Fungsi Keempat: Hujan Adalah Tentara Allah
Akhir-akhir ini berbagai penjuru negeri kita sering dilanda bencana dan petaka. Salah satu penyebab datangnya bencana ialah air hujan. Fenomena yang sering terjadi di depan mata kita ini adalah bukti nyata bahwa hujan yang sedia kala adalah wujud dari rahmat Allah, namun mungkin saja berubah menjadi tentera Allah yang membinasakan orang-orang yang durhaka kepada-Nya. Dengan demikian, hujan bagaikan pisau bermata dua, bisa menguntungkan dan bisa mencelakakan.
Di antara bukti sejarah akan fungsi hujan yang kelima ini ialah kisah Nabi Nuh ‘alaihissalam. Bagaimana dengan hujan yang turun dari langit, Allah Subhanahu wa Ta’ala membalas keangkuhan kaum Nabi Nuh ‘alaihissalam .
فَفَتَحْنَا أَبْوَابَ السَّمَاء بِمَاء مُّنْهَمِرٍ  {11} وَفَجَّرْنَا الْأَرْضَ عُيُونًا فَالْتَقَى الْمَاء عَلَى أَمْرٍ قَدْ قُدِرَ – القمر: 11-12
“Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan.” (QS. Al Qamar: 11-12)
Dan seperti yang Anda saksikan dan mungkin juga pernah rasakan, bila hujan telah berubah menjadi tentera AllahSubhanahu wa Ta’ala, maka tidak ada kekuatan yang dapat membendungnya.
وَنَادَى نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَا بُنَيَّ ارْكَب مَّعَنَا وَلاَ تَكُن مَّعَ الْكَافِرِينَ {42} قَالَ سَآوِي إِلَى جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاء قَالَ لاَ عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللّهِ إِلاَّ مَن رَّحِمَ وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ
“Dan Nuh memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir. Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!” Nuh berkata: “Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang”. Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.” (QS. Hud: 42-43)
Memahami fungsi hujan yang bagaikan pisau bermata dua, dahulu Nabi e bila menyaksikan mendung beliau begitu kawatir dan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan berkata,
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan mendung ini.”
Dan bila hujan telah turun beliau berdoa,
اللهُم صَيباً نَافعاً
“Ya Allah jadikanlah hujan ini hujan yang bermanfaat.” (HR. Bukhari, Abu Daud, dan lainnya.
Saudaraku, fenomena yang sekarang terjadi di negeri kita sudah selayaknya mengetuk pintu hati kita. Betapa negeri kita telah mengalami musim kemarau, sawah-sawah rosak dan banyak dari saudara kita yang kekeringan sehingga kesulitan mendapatkan air, walau hanya sekadar untuk minum dan mandi. Namun di musim hujan kondisi ternyata tidak berubah, sawah-sawah tetap saja banyak yang musnah dan banyak dari saudara kita yang menderita, bukan karena kekeringan namun karena banjir, tanah runtuh atau lainnya.
Mungkinkah ini sebagai bukti nyata bahwa air hujan yang sedianya membawa keberkahan, kini tidak lagi membawanya, namun sebaliknya membawa murka Allah Azza wa Jalla. Tentu semua ini terjadi karena tangan kita, kekufuran, kemunafikan, dan kemaksiatan yang kian hari semakin bermaharajalela.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar Ruum: 41)
Saat ini, kita sebagai penduduk dunia tengah merasakan kesan dari perbuatan tangan kita sendiri, kekeringan, banjir, dan tanah runtuh, terjadi di mana-mana. Walau demikian, kita tidak segera menyadari kesalahan, dan bahkan terus mencari kambing hitam atas petaka yang menghimpit. Bukannya mengakui bahwa kerusakan iman, akhlak, dan mentaliti kita adalah biang segalanya. Namun kita mengkambing hitamkan alam, sehingga dengan hati yang dingin kita berkata, “Pemanasan global atau ungkapan serupa.”
Keserakahan telah mendorong kita untuk bersikap membabi buta, menghalalkan segala macam cara dan memanfaatkan kekayaan alam dengan cara-cara yang tidak bertanggung jawab. Keserakahan ini terjadi karena adanya kepanikan dalam urusan rezeki. Kita menduga bahawa bila tidak membabi buta maka tidak mungkin dapat menikmati kekayaan, atau akan digilas oleh roda kehidupan yang terus berputar.
Andai kita dapat menangkap berbagai pelajaran yang telah Allah Ta’ala sisipkan pada berbagai kejadian di sekitar kita niscaya petaka tidak akan mengimpit kehidupan kita. Rezeki anda hanya anda yang dapat menikmatinya, dan tidak mungkin ada kekuatan yang dapat merampasnya dari mulut anda. Sebagaimana anda pun tidak akan kuasa merampas rezeki saudara anda, atau mendatangkan rezeki yang bukan milik anda.
Kerakusan yang telah menyelimuti jiwa kita ini bukannya menyegerakan datangnya rezeki atau melipatgandakannya. Namun keserakahan jiwa malah menjadi awal dari datangnya bencana dan petaka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya harta ini bak buah yang segar lagi manis. Barangsiapa yang mengambilnya dengan tanpa ambisi (tanpa serakah atau atas kerelaan pemiliknya), niscaya hartanya tersebut diberkahi. Dan barang siapa yang mengambilnya dengan penuh rasa ambisi (rakus), niscaya hartanya tersebut tidak diberkahi, dan permisalannya bagaikan orang yang makan namun tidak pernah merasa  kenyang..” (Muttafaqun ‘alaih)
Fungsi Kelima: Hujan Adalah Ilustrasi Nyata Tentang Proses Kebangkitan Manusia Pada Hari Kiamat
Tidakkah anda meneliti pelbagai ayat yang  telah saya ketengahkan ke hadapan anda di atas? Berbagai ayat yang berbicara tentang hujan senantiasa di akhiri dengan kata-kata “Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati.” Misalnya pada ayat berikut,
وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ حَتَّى إِذَا أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالاً سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَّيِّتٍ فَأَنزَلْنَا بِهِ الْمَاء فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ كَذَلِكَ نُخْرِجُ الْموْتَى لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.” (QS. Al A’araf: 57)
Tidakkah anda amati, betapa biji-bijian yang semasa musim kemarau telah tertanam dalam perut bumi. Sesaat setelah turun hujan, semua bijian tersebut muncul ke muka bumi dan tumbuh subur. Demikian pula yang akan anda alami kelak pada hari kiamat. Sahabat Abu Hurairah mengisahkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَا بَيْنَ النَفَخَتَيْنِ أَرْبَعُوْنَ قَالُوْا يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَرْبَعُوْنَ يَوْمًا؟ قَالَ أَبَيْتُ قَالُوْا أَرْبَعُوْنَ شَهْرًا؟ قَالَ أَبَيْتُ قَالُوْا أَرْبَعُوْنَ سَنَةً؟ قَالَ أَبَيْتُ ثُمَّ يَنْزِلُ اللهُ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَيَنْبِتُوْنَ كَمَا يَنْبِتُ البَقْلُ  قَالَ وَلَيْسَ مِنَ الإِنْسَانِ شَيْءٌ إِلَّا يَبْلَى إِلَّا عَظَمًا وَاحِدًا وَهُوَ عَجْبُ الذَّنَبِ وَمِنْهُ يُرَكَّبُ الخَلْقُ يَوْمَ القِيَامَةِ
“Antara dua tiupan sangkakala berjarak selama empat puluh.” Sepontan murid-murid Abu Hurairah bertanya, “Apakah yang dimaksud adalah empat puluh hari?” Abu Hurairah menjawab, “Aku tidak mau menjawab.” Mereka pun kembali bertanya, “Apakah yang dimaksud adalah empat puluh bulan?” Kembali sahabat Abu Hurairah menjawab, “Aku tidak mau menjawab.” Karena ingin tahu, mereka pun kembali bertanya, “Apakah yang dimaksud adalah empat puluh tahun?” Kembali Abu Hurairah berkata, “Aku tidak mau menjawab. Selanjutnya Allah menurunkan hujan dari langit, sehingga mannusia akan tumbuh bagaikan rerumputan tumbuh ketika terkena air hujan. Tidaklah ada organ manusia kecuali akan hancur lebur, kecuali satu tulang saja, yaitu pangkal tulang ekornya. Dariyalah kelak pada hari qiyamat seluruh manusia akan dihidupkan kembali.” (Muttafaqun alaih)
Dalam riwayat lain dinyatakan,
ثُمَّ يُرْسِلُ اللَّهُ مَاءً مِنْ تَحْتِ الْعَرْشِ يُمْنِي كَمَنِيِّ الرَّجُلِ، فَتَنْبُتُ جُسْمَانُهُمْ، وَلُحْمَانُهُمْ مِنْ ذَلِكَ الْمَاءِ ك
“Selanjutnya Allah menurunkan air dari bawah ‘Arsy yang memancar bagaikan air mani kaum lelaki, sehingga tubuh dan daging manusia tumbuh kembali berkat siraman air itu.” (Riwayat Al Hakim dan lainnya)
Semoga tulisan ini menggugah iman Anda dan menjadi pelajaran berharga dalam kehidupan Anda. Harapan saya, dengan memahami  berbagai fungsi hujan ini, kita dapat mensyukurinya dengan baik, sehingga Allah senantiasa melimpat gandakan nikmat-Nya.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْـمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْـمُشْرِكِيْنَ. وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّينِ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْـمُوَحِّدِينَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْـمُسْلِمينَ في كُلِ مَكَانٍ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ والْـمُسْلِمَاتِ، وَالْـمُؤْمِنِيْنَ وَالْـمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّهُ سَمِيْعٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلَامٌ عَلَى الْـمُرْسَلِينَ وَالْـحَمْدُ لِلهِ ربِّ الْعَالَـمِينَ
Disadur dari tulisan Ustad Arifin Baderi dengan perubahan oleh Tim KhotbahJumat.com

Artikel KhotbahJumat.com    (dialihbahasa oleh tintamuallimah)

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails

terima kasih dariku...

Tajuk-tajuk saya

Menyentuh Hati-Peristiwa Almarhum Ustaz Fadhil Noor

Syuhada Chechen. Mereka telah memilih Syahid.