Baitullah : Rindu yang tak pernah padam

Baitullah : Rindu yang tak pernah padam
Baitullah : Rindu yang tak akan padam hingga ke akhirku...

Friday, February 3, 2012

Biar Aku Ke Medan Perang


“Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.” [QS. Ali-Imran (3) : 123]
17 Ramadhan tahun ke-2 Hijriah. Kaum muslimin sedang melaksanakan ibadah puasa. Hari-hari itu, Madinah sedang diliputi ketegangan juga. Bagaimana tidak? Rasulullah saw baru saja mengumumkan kaum Muslimin untuk berperang. Perang Badar. Badar adalah nama sumur yang terletak sekitar 120 Km di barat daya Madinah. Dalam perang ini, jumlah pasukan musyrikin adalah 920 orang, sementara pasukan muslim hanya sebanyak 313 dengan senjata dan peralatan yang sangat terbatas.
Ketika Rasulullah saw memanggil kaum Muslimin yang mampu berperang untuk terjun ke gelanggang perang Badar, terjadi dialog menarik antara Saad bin Khaitsamah dengan Ayahnya yakni Khaitsamah.
Dalam masa-masa itu, panggilan perang seperti itu memang tidak terlalu menghairankan. Kaum Muslimin sudah tidak merasa aneh atau gentar lagi bila dipanggil untuk membela agama Allah dan Jihad fi Sabilillah. Sebab itu Saad berkata kepada Anaknya, "Wahai anakku, aku akan keluar untuk berperang dan kau tinggal di rumah menjaga wanita dan anak-anak."
Memang di rumah itu hanya ada dua orang lelaki saja. Saad dan Khaitsamah. Seperti diketahui, semua lelaki dewasa tanpa uzur diwajibkan berperang. Lagipula, di dada setiap Muslim ketika itu bergelora untuk selalu membela panji-panji Allah. Maka tidak hairan, ketika mendengar perintah ayahnya sedemikian rupa, Saad langsung menjawab,"Wahai ayahku, demi Allah, janganlah berbuat seperti itu. Karena keinginanku untuk memerangi mereka lebih besar daripada keinginanmu. Engkau telah tua dan tidak lagi diwajibkan berperang. Malah harus tinggal di rumah. Maka izinkanlah aku keluar dan tinggallah engkau di sini, wahai Ayahku."
Khaitsamah marah dan berkata kepada anaknya, "Kau membangkang dan tidak menaati perintahku."
Saad tertunduk. Dalam hatinya tidak sama sekali ia ingin membantah Ayahnya dalam urusan apapun. Maka ia pun menjawab, "Allah mewajibkan aku berjihad dan Rasulullah memanggilku untuk berangkat berperang. Sedangkan engkau meminta sesuatu yang lain padaku, sehingga bagaimana engkau rela melihat aku taat padamu tetapi aku menentang Allah dan Rasulullah."
Khaitsamah sekarang yang merenung. Ia berpikir keras. Jika keduanya berangkat berperang, maka siapa yang akan menjaga keluarga mereka? "Wahai anakku,” ujarnya, “Apabila ada antara kita harus ada yang berangkat satu orang baik kau ataupun aku, maka dahulukan aku untuk berangkat."
"Demi Allah wahai ayahku, kalau bukan masalah Syurga, maka aku akan mendahulukanmu." Jawab Saad.
Tampaknya kedua lelaki itu tidak bisa menemukan pemecahan permasalahan itu. Mereka tampaknya tidak rela jika harus tinggal di rumah. Akhirnya setelah disetujui diputuskanlah melalui undian antara dia dan anaknya sehingga terasa lebih adil.
Ternyata, hasil undian menunjukkan bahwa sang anak, Saad-lah yang harus turun ke medan perang. Dia pun turun ke medan Badar. Tetapi belum lama, ia ternyata syahid. Setelah Saad syahid, ternyata Khaitsamah memutuskan untuk berangkat menuju medan pertempuran.
Ketika hal itu diketahui oleh Rasulullah saw, Rasulullah saw tidak mengizinkannya. Hanya saja Rasulullah saw akhirnya mengizinkannya setelah Khaitsamah berkata sambil menangis, "Wahai Rasulullah, aku ingin sekali terjun dalam perang Badar. Lantaran inginnya aku harus mengadakan undian dengan anakku. Tetapi itu dimenangkannya sehingga dia mendapat syahid. Kelmarin aku bermimpi dan di dalamnya anakku itu berkata kepadaku, ‘Engkau harus menemani kami di Surga, dan aku telah menerima janji Allah.’ Wahai Rasulullah, demi Allah, aku rindu untuk menemaninya di Surga. Usiaku telah lanjut dan aku ingin berjumpa dengan Tuhanku."
Setelah mendengar hal itu, akhirnya Rasulullah saw pun mengizinkannya. Khaitsamah bertempur hingga syahid dan insya Allah akan berjumpa dengan anaknya di Syurga.
Kedua anak beranak itu telah menunjukkan kepada dunia bahwa ketika menjalani ibadah puasa pun mereka tetap menjalani aktiviti lainnya, sekalipun berjihad di medan perang.

No comments:

Post a Comment

Assalamualaikum pengunjung. Terima kasih atas semua komen-komen anda. Komenlah apa sahaja asalkan tidak tercatat dosa di dalam buku amalan anda(mencarut berdosa tau !).Terima kasih komen yg membina. Terima kasih juga komen yg menjatuhkan. Orang-orang hebat menjadi hebat setelah banyak kali bangun dari banyak kali kejatuhan. Akhirnya ia bangun dan tak jatuh-jatuh lagi.

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails

terima kasih dariku...

Tajuk-tajuk saya

Menyentuh Hati-Peristiwa Almarhum Ustaz Fadhil Noor

Syuhada Chechen. Mereka telah memilih Syahid.