Sahabatku berbaur resah dan segumpal kekesalan
Tentang hari pernikahan yang harus dibatalkan
Tentang penundaan mimpi dan harapan
Jua tentang perihnya nurani dan ragam kepedihan
Kuceritakan sebuah kisah dari seorang saudariku,
Duhai teman, dengarlah berita ini
Suatu kali ada tetanggaku yang sudah tua,
Ia seorang wanita, kala terbangun di pagi hari,
Ia menatap cermin dan hanya melihat tiga helai rambut di kepalanya!
Yah, katanya, “Kurasa aku dapat mengepang rambut hari ini"
Ia sisir dan kepang rambutnya
Alangkah indah hari itu
Kemudian keesokan harinya ia terbangun pada pagi hari
Lalu menatap cermin dan hanya menemukan dua helai rambut di kepalanya!
Ia tersenyum dan berkata, “Saya rasa akan lebih mudah menyisirnya”
Hari itu lebih indah dari hari kemarin baginya
Keesokan harinya ia terbangun dari lelapnya tidur
Pagi itu ia melihat cermin
Dan hanya menemukan sehelai rambut di kepalanya!
“Wow, akan kusisir seperti ekor kuda”, ia gembira dan tetap tersenyum
Hari itu amat jauh lebih menyenangkan dari hari kelmarin baginya
Ia seorang wanita, baru saja sembuh dari sakit
Baru saja kehilangan anak dan suami akibat suatu bencana
Dan baru saja berbagi arti sebuah kesyukuran
Keesokan harinya ia terbangun di pagi indah,
Ia melihat ke cermin dan tersenyum
Padahal tidak ada sehelai rambut di kepalanya!
“Ya!”, ia berseru,
"Saya tidak perlu menyisir rambut hari ini!”
Alhamdulillah, hari itu terasa paling istimewa baginya
Ia memiliki waktu lebih banyak untuk bersujud kepada Sang Pencipta
Waktu nan lebih bermakna dibandingkan dengan pikiran tentang menyisir rambutnya
Sahabatku, tataplah cermin pula
Kita lebih beruntung dari pada sosok wanita yang kuceritakan itu
Negerimu aman dan jauh dari laga pertempuran
Jika hatimu gundah atau bergejolak emosi diri
Merenunglah tentang seorang wanita tanpa sehelai mahkota di kepala
Ingatkan jiwa kita bahawa derita di hadapan hanyalah setitik ujian
Obatnya tak lain adalah syukur kepada-Nya
Pagi ini kita bangun dengan ceria dan bersiap diuji kembali
Sahabatku, ketika kita bicara cinta dan simpati
Kita sering bertumpu pada penilaian manusia
Padahal dalam kalbu ini kita berikrar
Bahwa syukur kepada Ilahi adalah solusi
Memuji-Nya tak sekedar beroleh simpati sejati
Melainkan berbuah ketenangan hati
Menularkan inspirasi
Serta cahaya terang motivasi
Kembalilah tersenyum saat ini juga
Jangan biarkan dirimu makin terpuruk dalam duka
Kita optimalkan usaha dan tegar dalam merajut cita
Bangun kembali asa, duhai teman!
Untailah do’a dalam sujud panjang beriring istighfar
Ungkapkan pujian pada Robb kita, “Syukur Kepada-Mu Adalah Segalanya”
Buat sahabat-sahabatku di ‘medan juang’ yang berbeda-beda, Allah SWT Maha Tahu segala hal yang terbaik buat kita, wallohu’alam.
(bidadari_Azzam, Salam Ukhuwah dari @Krakow, jelang sore, 19 maret 2012)